Humor adalah sesuatu yang lucu sedangkan canda adalah kelakar atau
senda-gurau, biasanya dilakukan dengan menggunakan lisan atau perbuatan yang bertujuan untuk membuat suasana menjadi lebih hidup atau sebagai icebreaking dalam komunikasi yang
membeku, namun terkadang disadari atau tidak hal tersebut bisa membuat orang
lain tersinggung ataupun sakit hati.
Sebagai umat Islam, seharusnya kita menyadarkan perilaku kita
sesuai dengan perintah dan larangan dalam Al Qur’an serta apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW
sebagai Uswatun Hasanah (Suri Tauladan yang baik) bagi umatnya.
"Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Sebagian orang menganggap humor itu tidak ada dalam agama dan
menggambarkan beliau sebagai sosok yang sangat kaku dalam berinteraksi hingga
tidak pernah tertawa .
Lalu
bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberi contoh dalam
senda gurau yang mampu memikat jiwa tanpa mengurangi wibawanya? Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam melakukan senda gurau untuk sebuah maslahat, yaitu
menyenangkan hati lawan bicara dan beramah tamah dengannya. “Sesungguhnya
aku juga bercanda namun aku tidak berkata kecuali yang benar.” (HR.
Ath-Thabrani dalam Ash-Shaghir, hadist no. 779)
Ada kisah menarik antara Rasulullah dan Zahir (seorang yang
bertubuh cebol). Suatu hari Zahir sedang
berdagang di pasar berteriak menjajakan barang dagangannya. Ketika itu
Rasulullah datang dari arah belakang Zahir. Dengan sigap Rasulullah memeluk dan
mengangkat tubuh Zahir dari belakang. Zahir tidak tahu siapa orang yang
“main-main” dengannya. Ia berontak sambil berusaha melihat ke belakang. Ketika
matanya menangkap wajah Rasulullah, ia justru mempererat pelukannya dengan
merangkulkan tangan ke belakang tubuh Rasulullah. Kini Rasulullah yang
kewalahan karena tidak dapat melepaskan dekapan Zahir. Tidak habis akal,
Rasulullah teriak, “Budak, budak. Siapa yang mau beli budak?!”
Tersinggungkah Zahir dengan canda Rasulullah? Tentu tidak. Zahir malah berkata, “Aku tidak akan laku, wahai Nabiyullah”. “Kalau pun aku benar-benar budak, siapa yang mau membeli budak cebol seperti aku”. Demikian kira-kira makna ucapan Zahir. Mendengar ucapannya, Rasulullah lantas menghiburnya dengan berkata, “Tapi engkau mahal di hadapan Allah”. (Shahîh Ibnu Hibban).
Tersinggungkah Zahir dengan canda Rasulullah? Tentu tidak. Zahir malah berkata, “Aku tidak akan laku, wahai Nabiyullah”. “Kalau pun aku benar-benar budak, siapa yang mau membeli budak cebol seperti aku”. Demikian kira-kira makna ucapan Zahir. Mendengar ucapannya, Rasulullah lantas menghiburnya dengan berkata, “Tapi engkau mahal di hadapan Allah”. (Shahîh Ibnu Hibban).
Humor yang ada dalam hadis di atas masuk dalam kategori
humor sarkastik, yaitu humor yang mengandung celaan terhadap orang yang
dijadikan obyek humor. Walau dicela, orang tidak akan marah karena menyadari
bahwa celaan itu dalam konteks bercanda. Humor model ini justru sering
menciptakan keakraban luar biasa pada orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Saya tidak dapat membayangkan Rasulullah tidak terbahak ketika memperlakukan Zahir ibn Haram seperti itu. Jenis humor yang beliau lakukan sangat mungkin membuatnya terpingkal.
Saya tidak dapat membayangkan Rasulullah tidak terbahak ketika memperlakukan Zahir ibn Haram seperti itu. Jenis humor yang beliau lakukan sangat mungkin membuatnya terpingkal.
Dalam hadis lain
diceritakan bahwa Rasulullah pernah mencandai seorang nenek. Ketika nenek itu bertanya apakah dirinya
akan masuk surga, Rasulullah menjawab bahwa nenek tidak akan masuk surga. Sang
nenek kemudian menangis sesegukan. Rasulullah lantas mengutus seseorang kepada
nenek tersebut untuk memberitahukan bahwa ia akan masuk surga, hanya saja dalam
bentuk seorang gadis. Inna al-jannata lâ yadkhuluhâ ajûzun (Di surga tidak ada
nenek-nenek). (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Dari dua kisah humor Rasulullah di atas, kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa Islam dapat disampaikan dengan cara yang sangat santai dan humoris. Jika Rasulullah memiliki selera humor yang tinggi, mengapa kita tidak mencontohnya?
Dari dua kisah humor Rasulullah di atas, kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa Islam dapat disampaikan dengan cara yang sangat santai dan humoris. Jika Rasulullah memiliki selera humor yang tinggi, mengapa kita tidak mencontohnya?
1. Senda Gurau
"Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?" (QS.
Al-An'Am : 32)
Kehidupan di dunia merupakan permainan dan
senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih
berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan
kesengsaraan sementara. Itulah di namakan kehidupan di alam fana. Sungguh
berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat nanti. Barangsiapa
senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan
ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (na’udzu billahi
min zalik).
Senda
gurau mungkin ibarat makanan sehari-hari bagi sebagian orang, terutama mereka
yang suka humor/ humoris. Tidak jarang senda gurau yang mereka lontarkan menyentuh
hal-hal yang tidak baik, tetapi sekali lagi mereka tetap mendapatkan tawa dari
semua itu, entah apapun bahan senda gurau. Mungkin saja tidak perlu masa lalu,
kemarin, tadi, barusan atau bahkan sekarang senda gurau itu menghiasi hidup
kita, mengenyangkan pikiran kita, artinya kita tidak lepas dari senda gurau
dalam keseharian kita.
Tetapi Awas.... Senda gurau bisa
berakibat fatal. Hubungan persaudaraan dapat renggang gara-gara senda gurau,
pikiran seseorang tercampur hal-hal kotor karena sendau gurau, bukankah hal ini
tidak diinginkan? Sementara itu sebagian kita masih senang senda gurau, apakah
mereka menginginkan kefatalan di atas?
Marilah kita sebagai seorang muslim bisa menyatukan
keseriusan yang kita jalani dengan ruh senda gurau, ucapan manis dan mengundang
senyum serta pilihan hikmah agar mampu menarik hati semua orang dengan
perkataan kita agar dapat memikat jiwa setiap orang dengan cara bergaul yang
lembut dan canda yang tidak mengurangi wibawa kita dan tetap mencerminkan
pribadi kita sebagai seorang muslim .
Senda
gurau yang lepas dari perkataan dan perbuatan terlarang merupakan anjuran. Ini adalah akhlak mulia
yang dianjurkan Rasulullah Muhammad SAW.
By : Siti Alfiah
0 komentar:
Posting Komentar